05 Maret 2010

Googleplex & Demam Android











Nama yang aneh untuk sebuah kantor. Betul, ini bukan kantor biasa. Google menyebutnya sebagai tempat bermain. Ada empat bangunan yang berdiri di tanah seluas 4,7 hektare di Googleplex. Di sini Anda bisa melakukan apa saja. Mau berenang, merenung, atau berendam di bathtub dengan pemandangan akuarium air laut, main perosotan seperti anak TK, semua bisa.

Dua pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, tahu bisnis tak bisa dimenangi hanya dengan memeras otak sampai dahi berkerut dan wajah bersungut-sungut. Ide-ide brilian justru muncul saat Anda merenung di toilet atau mencoba khusyuk saat salat atau ke gereja.

Google juga tahu dunia ini terlalu banyak cerita sedih dan tak sempurna. Itulah sebabnya dia menciptakan ruangan-ruangan yang bisa membangkitkan selera kreatif.

Googleplex adalah komposisi sempurna, tempat bermain, tempat bersenang-senang, bekerja, sekaligus menghasilkan karya yang bisa menghantam rival-rivalnya. Bandingkan dengan kantor Microsoft yang superserius. Di Google, para petinggi kerap kali rapat bukan di ruang-ruang tertutup, melainkan di tenda-tenda kecil atau di igloo. Yang terakhir itu adalah rumah ala orang kutub. Anda bisa melihat betapa menakjubkannya ruang-ruang kantor di Google di sini (http://www.time.com/time/photoessays/2006/inside_google/)

Hasilnya, siapa sangka iklan baris Google mengalahkan iklan banner Yahoo! Mesin pencarinya juga menjadi jantung utama pencarian di Internet, melibas mesin pencari Yahoo!

Kini Google bahkan merambah bisnis yang tak pernah terbayangkan, dari jualan koneksi Internet seperti Telkom Speedy sampai terjun ke bisnis listrik seperti PLN.

Di industri peranti lunak, Google diam-diam juga menggerogoti pasar Microsoft. Mereka menyodorkan pengolah dokumen gratis penantang Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint. Otak-otak brilian Google sudah menyiapkan sistem operasi Chrome, penantang Windows 7. Jangan heran bila Juni tahun lalu laba Microsoft–untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir–turun.

Larry Page dan Sergey Brin memang tak pernah kehilangan sihirnya untuk menguasai dunia. Tahun ini, mereka punya kejutan lagi: terjun ke bisnis ponsel dan software ponsel. Mereka meluncurkan sistem operasi khusus ponsel, Android. Kejutan lainnya, ada 20 jenis ponsel berbasis Android–dari berbagai merek, seperti HTC, Samsung, LG, Motorola–yang akan meramaikan pasar.

Android adalah ancaman serius bagi industri ponsel. Selama bertahun-tahun bisnis ini dikuasai Nokia dan Microsoft. Nokia punya software Symbian, adapun Microsoft punya Windows Mobile (yang sekarang bernama Windows Phone 7).

Nokia, menurut data perusahaan riset Gartner, menguasai sekitar 46 persen, sedangkan Windows memegang “kue pasar” 8,7 persen. Adapun BlackBerry dan Apple masing-masing menguasai 19,9 persen dan 14,4 persen dari total pasar.

Google yakin, dengan Android, mereka bisa mencuri pasar ponsel ini. Resepnya sederhana: gusur software yang paling mahal. Google akan membagikan Android ini gratis. Vendor seperti Samsung, LG, atau Motorola boleh memakainya tanpa bayar untuk Android standar.

Siapa yang tergoda tawaran aduhai ini? Motorola. Jika ingin menggunakan software Windows Phone, mereka harus membayar lisensi US$ 15 sampai US$ 25 (sekitar Rp 140 ribu sampai Rp 230 ribu) per ponsel. Bayangkan, jika mereka memproduksi sejuta ponsel, berarti Rp 140 miliar lebih disetor ke kantong Microsoft.

Kini semua melirik ke Android. “Android akan menjadi lebih hebat pada lima tahun ke depan,” kata Sehat Sutardja, Chief Executive Officer Marvell Technology Group, sebuah produsen cip ponsel di Amerika. “Android kelak akan dipakai di alat-alat rumah tangga, seperti mesin cuci dan TV.”

Semua ide cemerlang itu lahir dari “kenakalan-kenakalan” di Googleplex.
2010 burhan Digital