28 Juni 2010

Kegilaan iPhone 4

“Absurd!” Begitu mungkin komentar kebanyakan orang terhadap penggemar produk merek Apple. Tak ada yang lebih absurd dari mereka. Bahkan, para bonek Persebaya atau bobotoh Persib pun bisa kalah absurd dibanding mereka.
Lihatlah Joseph Lobato. Wajahnya kuyu. Dia duduk bersandar di depan salah satu gerai Apple di San Francisco. “Saya tidak tidur sudah 30 jam,” kata Joseph, pengantre paling depan iPhone 4 di gerai itu. Demi sebuah ponsel Joseph, pemuda 31 tahun itu, rela menderita puluhan jam. Dia bersama 20 orang pengantre lainnya harus menginap di depan toko. Mereka harus berjuang melawan hawa dingin. Bekal mereka, jaket, sleeping bag, kursi dan camilan.

Itu baru secuil kegilaan para pemburu ponsel iPhone generasi keempat yang pekan ini mulai dijual Apple. Alex Lee, 24 tahun, rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar pesawat dari Dubai tempatnya tinggal, ke London, Inggris. Juga untuk antri iPhone 4 yang dijual perda pada 24 Juni 2010 di Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.Alex, pemuda berdarah Cina itu menjadi pengantre pertama di London mengalahkan 500 orang lainnya yang ikut antre. Setelah 32 jam mengantre terjadilah bencana. Kamis (24/6) pagi, saat jam Big Ben berdentang tujuh kali, mestinya itu adalah saat bersejarah bagi Alex. Tapi tidak. Saat toko Apple buka, Apple menolak melayani Alex karena dia memasukann pesanan lewat surat elektronik.
“Saya sudah antre di sini jauh lebih lama dari orang lain,” katanya memelas.

Sang pelayan berkukuh menolak. Akhirnya iPhone iPhone 4 pertama di Inggris jatuh pada Ben Paton. Pria 23 tahun asal Somerset yang hanya mengantri 16 jam tapi dia memasukkan pesanan lewat surel.

Bahkan kegilaan seperti itu juga sudah menular hingga ke Jakarta. Banyak orang Jakarta yang ikut histeria dengan iPhone 4. Dimas, adalah salah satu contohnya. “Saya sudah pesan iPhone 4 langsung dari Seattle,” katanya senang. Matanya berbinar-binar. Keluarga Dimas ini boleh dibilang keluarga yang telah dijajah Apple. Dia telah memiliki satu iPad untuknya dan dua iPad untuk dua adiknya. Dia juga telah memiliki iPhone versi terdahulu iPhone 3GS.

Penjualan iPhone vs BlackBerry
Kegilaan seperti Dimas, Joseph, Alex Lee yang menyeberangi lautan seperti itu tentu saja dambaan Apple. Berkat kegilaan seperti itulah di hari perdana, Apple telah mengantongi penjualan 1,5 juta uni. Wow. Itu klaim Chief Financial Officer Apple Peter Oppenheimer.
Kegilaan itu tak hanya menginfeksi individu-individu belaka, tapi juga menular ke berbagai perusahaan. Perusahana seperti Bausch & Lomb Inc, misalnya, telah membeli iPhones untuk karyawannya. Ponsel itu akan menggantikan 1.2000 BlackBerry yang kini menjadi senjata para tenaga penjualnya.

Pangsa pasar korporat selama ini 70 persen dikuasai BlackBerry. iPhone memang belum sepenuhnya belum bisa menggusur. Saat ini, Apple baru menguasai 29 persen pangsa pasar. Angka itu meningkat dibandingkan tahun lalu hanya 17 persen.

Bausch & Lomb pindah ke iPhone karena kini ponsel keluaran Apple telah bisa mengadopsi teknologi pengolah dokumen ala Microsoft seperti Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint. Selain itu isu keamanan yang selama ini dikeluhkan kalangan korporat juga sudah ditambal.
iPhone rupanya tetap menjadi sang fenomena dan selalu saja mendatangkan kegilaan-kegilaan baru


Kredit photo : erazer007.wordpress.com